Sesungguhnya Bhoma yang disebut juga Naraka dilahirkan akibat pertemuan antara ibu Bhumi dengan Wisnu setelah berwujud seekor babi hutan untuk menyelamatkan Bhumi dari kehancuran.
Bhoma adalah putra dari Dewa Wisnu dengan Dewi Pertiwi sebagaimana yang disebutkan dalam representasi gambaran alam pada perwujudan arsitektur padmasana di bali, Bhoma dalam mitologi pemutaran gunung mandara giri yang dalam kisahnya diceritakan :
Suatu ketika Dewa Wisnu sedang mengubah diri menjadi seekor babi hutan serta menggali tanah mencari pangkal lingga milik Dewa Siwa hingga ke dasar bumi.
Ketika sedang menggali dasar bumi tersebut, babi hutan jelmaan Wisnu tersebut bertemu dengan Dewi Pertiwi yang cantik. Perjumpaan dewi bumi dan dewa hujan yang sedang berwujud babi hutan ini berlanjut sebagai kisah percintaan yang melahirkan seorang putera berupa menakutkan yang bernama Bhoma.
Dalam konteks ini, gambaran Wisnu sebagai babi hutan yang sedang menggali tanah hingga ke dasar bumi ini, dapat ditafsirkan sebagai karakter air atau hujan lebat yang selalu mengalir atau turun deras meresap ke dalam bumi.
Di alam nyata, sosok Bhoma sebagai putra Dewa Wisnu dengan Dewi Pertiwi, juga dapat disetarakan sebagai tumbuh-tumbuhan atau hutan (vanaspati) yang tumbuh pada media tanah (bumi) yang cukup memperoleh air (hujan). Vanaspati dalam budaya Jawa dan Bali disebut dengan Banaspati yang dimaknai sebagai raja hutan atau pohon besar. Selain itu Bhoma secara etimologi juga disebutkan berasal dari istilah Sanskerta bhaumá, yang berarti sesuatu yang tumbuh atau lahir dari bumi atau sesuatu yang berhubungan dengan bumi (cf.Macdonell, 1974: 211).
Sesuatu yang dimaksud dalam konteks ini dipadankan oleh para sarjana sebagai tumbuh-tumbuhan, pepohonan, maupun hutan yang terlahir dan tumbuh berkembang dari media tanah (bumi) yang subur dan mendapat cukup curahan hujan (kandungan air).
Dalam kaitannya dengan perwujudan Padmasana, Karang Bhoma dapat dimaknai sebagai spirit penjaga kesakralan padmasana yang juga merupakan simbolisasi hutan di kaki gunung (pepalihan batur terendah)."